Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Ulang Tahun Bunda

24 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 24 Mei 2019   06:13 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di rumah, dia sering bercerita padaku. Ada malaikat tampan bermata sipit di sekolah baru, begitu katanya. Malaikat itu mengajar musik. Ia juga yang membimbing ekskul marching band. Kata Tamara, pengajarnya lembut dan sabar. Ternyata itu kamu."

Ayah Calvin menundukkan wajah. Satu tangannya melepas kacamata, membersihkan mata buatan itu dengan ujung jasnya. Ia makin salah tingkah.

"Jose juga pernah cerita tentang Bundanya Tamara yang pintar masak. Aku tak menyangka kalau itu dirimu." ujarnya pelan.

Dugaan Jose, pertemuan itu singkat saja. Nyatanya tidak. Ayah Calvin mengantar pulang Tamara dan Bunda Dinda. Semula Bunda Dinda menolak. Dia berkeras memanggil taksi online saja. Tapi Ayah Calvin memaksa mengantar mereka.

"Naik mobilku lebih man, Dinda. Aku akan lebih tenang kalau bisa mengantar kamu dan Tamara sampai rumah," bujuk Ayah Calvin seraya membukakan pintu mobilnya.

Bunda Dinda dengan canggung duduk di samping Ayah Calvin. Jose dan Tamara duduk di bangku belakang. BMW putih itu melaju pergi.

Ayah Calvin mengemudikan mobilnya dengan pelan dan hati-hati. Ia santai saja membawa mobil. Tak terpengaruh dengan kendaraan-kendaraan di depan dan belakang yang berusaha menyelipnya. Saat berpapasan dengan pengemudi ugal-ugalan, Ayah Calvin tak marah. Tidak juga membalas makian dan klakson dari mobil sebelah. Bunda Dinda memperhatikan dengan hati berdesir. Ayah Calvin tak pernah berubah. Masih sama seperti dulu.

**    

Makin lama, Jose makin dekat dengan Bunda Dinda. Sudah dua kali senja jadi lebih indah dengan undangan makan bersama di rumah Bundanya Tamara itu. Pada undangan kedua, Jose mengajak Ayah Calvin bersamanya.

Kejutan, lagi-lagi kejutan. Ayah Calvin dan Bunda Dinda sama-sama suka masak. Dapur rumah Bunda menjadi lahan duet mereka. Bunda Dinda dengan masakan Indonesianya, Ayah Calvin dengan Chinese foodnya. Tergetar hati Bunda Dinda melihat Ayah Calvin mengenakan apron putih dan memasak nasi Haainam dengan slow cook.

"Signature dishmu masih sama ya. Nasi hainam..." seloroh Bunda Dinda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun