"Karena rata-rata penghuni kelas tiga berasal dari keluarga tak mampu. Para penunggu pasien pasti lebih membutuhkannya."
Mereka pun membagi-bagikan makanan pada keluarga pasien. Pilihan Bunda Dinda sudah tepat. Wajah-wajah keluarga pasien penuh syukur saat menerimanya.
"Dinda, tunggu!" Ayah Calvin tak sengaja memegang tangan Bunda Dinda. Ia baru saja melihat seorang pria berkursi roda lewat.
Tangan Bunda Dinda bergetar kuat. Begitu pula tangan Ayah Calvin. Mereka bergegas mengejar pria itu, kemudian memberikan kotak terakhir padanya.
"Jangan...saya tidak puasa." tolak si pria merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa. Ambil saja." Ayah Calvin meyakinkannya dengan sopan dan lembut.
Lagi-lagi Bunda Dinda terkesan. Sahabatnya itu selalu bisa membuat orang lain terbujuk. Semua kotak makanan pun habis dibagikan.
Ketika mereka berdua akan kembali ke rumah, mereka dikagetkan kedatangan Jose dan Tamara. Bagaimana bisa dua anak itu menyusul ke rumah sakit?
"Kejutaaaaan!" seru mereka kompak.
"Selamat ulang tahun, Bunda Dinda!"
Piano digital dimainkan. Jose dan Tamara bernyanyi.