Wajah lelaki berjaket hijau itu kuyu. "Ah, Tuan mungkin sudah lupa. Saya Farhan Paz. Pengamen cilik yang pernah Andaberikan makanan berbuka di depan vihara."
** Â Â
Kejadiannya belasan tahun lalu. Waktu itu, Ayah Calvin belum menikah. Tentunya Jose belum lahir.
"Gana...Smita, ayo Sayang. Ini pakai dulu seat beltnya."
Beberapa hari sebelum Waisak, Ayah Calvin mengajak dua keponakan kecilnya ke gerai pizza. Mereka melonjak kegirangan. Pelan-pelan Ayah Calvin memakaikan seat belt. Kemudian dia melajukan mobilnya meninggalkan mansion mewah itu.
Sepanjang perjalanan, Gana dan Smita berceloteh tak henti-hentinya. Si cantik Smita manja sekali. Dia merebahkan kepalanya di pundak Ayah Calvin. Dia minta disuapi coklat, minta jendela mobil dibuka, dan minta diputarkan musik instrumental kesukaannya. Smita ini pandai sekali main piano.
"Jangan, Sayangku. Nanti ya, kalau coklatnya abis." cegah Ayah Calvin lembut.
"Kenapaaaa? Ayo buka jendela mobilnya, bukaaa!" rajuk anak cantik itu.
"Nanti orang-orang di luar bisa liat Smita."
"Bagus dong. Smita kan cantik. Wleeeek!" Smita menjulurkan lidahnya.
Ayah Calvin tertawa. Mengelus-elus kepangan rambut keponakannya.