Nyanyiannya terhenti. Ayah Calvin menekapkan tangan ke dada. Wajahnya sepucat perkamen.
"Tinta pesan damai....dan terwujud harmoni." Jose mengakhiri lagu dengan tergesa. Ia berpaling menatap Ayahnya.
Sejenak dia tersadar. Mengapa Ayah Calvin tidak membawa mobil? Bila Ayah Calvin menjemputnya di tengah hujan begini...
"Ayah kan habis terapi. Kenapa nekat jemput Jose sih? Jose bisa pulang sendiri!" protesnya.
"Kamu yang terpenting, Sayang. Ayah akan kuat demi kamu." balas Ayah Calvin setenang mungkin.
Jarak danau dengan kompleks perumahan elite tempat tinggal mereka cukup dekat. Akan tetapi, rasanya jauh sekali dalam situasi seperti sekarang. Tiap langkah kaki Ayah Calvin serasa sangat berat. Setumpuk kata kebanggaan telah tersusun, namun syaraf-syaraf bicaranya kelelahan diajak bekerja. Sekujur tubuhnya kian melemah.
Ingin Ayah Calvin katakan ini. Betapa ia bangga pada Jose. Jose menolong anak yang membencinya. Tak semua anak berjiwa besar seperti itu.
Sayang sekali, kebanggaan itu tak sempat terucap. Dua ratus meter sebelum gerbang kompleks, tubuh Ayah Calvin limbung. Jose menahan lengan Ayahnya. Tapi ia belum cukup kuat. Ayah Calvin terlalu tinggi dan berat untuknya.
"Tuan Calvin! Anda tidak apa-apa?"
Seorang lelaki berjaket hijau berlari-lari dari seberang jalan. Ia memapah Ayah Calvin ke dalam kompleks. Jose menjajari langkahnya, hatinya penuh tanya.
"Siapa Anda...?" tanya Ayah Calvin lirih.