Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Imlek Kasih, Imlek Cinta

5 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 5 Februari 2019   06:16 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaat menunggu, layar berpendar. Selama sepersekian menit telepon pintarnya bergetar-getar. Banyak sekali notifikasi masuk. Seberkas sesal meremas hati. Satu pesan Whatsapp menarik jangkauan matanya.

"Effendi, ini profil lengkap anakmu. Dia kuliah di Tarumanegara, sama dengan anakku. Hanya beda jurusan. Anakmu bersahabat dengan anak konglomerat Minahasa-Portugis. Kata informanku, dia sering pergi ke tepi pantai. Tapi entah untuk apa."

Bulu-bulu halus di hatinya berdiri. Baiklah, tak sia-sia dia membuka hati pada rekan bisnisnya tempo hari. Satu kemudahan telah didapatkan.

Cepat-cepat Tuan Effendi mengetikkan balasan. Berterima kasih atas bantuannya. Firasatnya mengatakan, ia harus ke pantai sekarang juga.

Ke pantai malam-malam begini? Mengapa tidak? Bukankah ini malam Imlek? Banyak orang merelakan waktu tidurnya untuk menyaksikan pesta kembang api.

Tutup koper terbanting membuka. Sepotong jas Armani disambarnya. Tergesa ia melangkah keluar hotel.

Kurang dari setengah jam, Tuan Effendi tiba di pantai. Benar asumsinya. Ratusan orang menyemut, antusias menyaksikan pesta kembang api. Mereka mengenakan baju merah. Perempuan-perempuan dengan cheongsam dan rambut dikuncir tinggi. Pria-pria berjas dan berkemeja merah. Wajah-wajah bahagia menyeruak.

Laut pun bersahabat. Buih ombaknya tenang, tenang sekali. Pasir putih berdesir. Kerlip bintang berpadu dengan bunga-bunga api yang memercik ke langit.

Malam ini milik mereka. Tak ada derai hujan, gelegar petir, dan raungan angin seperti malam-malam sebelumnya. Langit dan laut mengerti.

Di antara para penikmat pesta kembang api, Tuan Effendi berkeliling mencari anaknya. Berpasang-pasang mata mengawasi. Ada yang penasaran, tertarik, dan iba. Pikir mereka, mengapa ada pria paruh baya datang sendirian dan terlihat tidak bahagia?

Langkah Tuan Effendi bertambah cepat. Kini ia setengah berlari menyusuri bentangan pasir. Sangat terobsesi menemukan kepingan hatinya. Konsentrasinya pecah. Tak ia perhatikan kondisi sekitar. Seketika...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun