Abi Assegaf yang lembut dan berwibawa tak pantas bersama Kamila. Syifa berusaha tetap sabar. Ia berdiri menemani Kamila sampai perempuan itu naik taksi. Dilambaikannya tangan pada taksi biru yang melaju pergi, amat berharap penumpangnya tak pernah kembali lagi.
"Lagi? Ini...kalau Ummi masih mau."
Adica menyodorkan sekantong pop corn. Senyum Arlita merekah. Pop corn, makanan yang dirindukannya. Ia merogoh kantong, mengambil beberapa dan memakannya dengan anggun.
Sekilas Adica melirik Umminya. Lihatlah, bahkan cara makan dan cara duduk Arlita anggun sekali. Seanggun Syifa dan Silvi. Biar saja penonton yang duduk di sekitarnya salah arti melihat tatapan tulus dan memuja Adica untuk Umminya. Banyak di antara mereka yang beranggapan Adica dan Arlita pasangan kekasih beda generasi.
"Ketemuan dari kencan online kali..."
"Heran ya, anak muda ganteng gitu kok mau-maunya sama wanita yang lebih tua? Cantik sih, tapi ya...tetap saja."
"Kayak nggak ada gadis aja."
Mereka bukanlah penonton film yang baik. Bukannya fokus dengan film, mereka malah nyinyir dengan sesama penonton. Arlita santai saja. Tetap diam dan anggun. Sementara itu, Adica stay cool.
Nikmatnya pop corn dan nyinyiran penonton tak lagi terasa. Tersedot alur cerita film yang mengharukan. Cerita film itu teramat sedih. Akting para pemerannya makin membuat penonton terhanyut. Tanpa terasa, air mata mengalir di pipi Arlita. Mualaf cantik blasteran Indo-Jerman itu memeluk Adica dan menangis.
"Jangan menangis, Syifa Sayang. Sudah berakhir..." hibur Abi Assegaf, membelai-belai lembut kepala putrinya.
Syifa mengeratkan pelukan. Tubuhnya berguncang hebat dalam isakan. Dengan sabar, Abi Assegaf menghapus buliran air mata putrinya.