Applause memenuhi studio. Tak sedikit penonton yang berdiri memberi standing ovation. Di rumah mewah lereng bukit, Calvin dan Nyonya Rose berdiri. Lalu keduanya bertepuk tangan. Hanya Tuan Effendi yang tetap duduk, wajahnya beku tanpa ekspresi.
Abi Assegaf punya cara untuk mengekspresikan kebanggaannya. Ia tak lepaskan tatapan dari dua permata hatinya. Begitu mereka selesai membawakan lagu, Abi Assegaf memeluk mereka bergantian.
Arlita speechless. Dalam hati ia berjanji akan selalu menyayangi anak-anak itu. Selain Abi Assegaf, merekalah hartanya yang paling berharga. Janji Arlita pada dirinya sendiri. Ia akan menjaga, mencintai, dan mendampingi Adica dan Syifa hingga waktunya berakhir.
** Â Â
"Bukan cinta biasa...seperti cinta keluarga Assegaf. Mereka saling mencintai, menguatkan, memahami, dan melengkapi. Begitulah sebenar-benarnya cinta. Kasih dan cinta pun mereka tebarkan pada banyak orang di sekitar mereka. Ingin tahu seperti apa keluarga hebat ini? Tetap di...Story of Love and Inspiration."
Berbicara di depan umum, sesuatu yang sangat biasa untuk keluarga Assegaf. Dua di antara mereka broadcaster andalan. Satunya pemilik butik yang dulunya model dan penyiar. Satu lagi putri kampus yang telah menjadi bintang sejak kecil.
Hampir tiap bulan ada saja acara-acara on air dan off air yang mereka isi. Disorot kamera sudah biasa. Diangkat profil dan kehidupannya tak aneh lagi. Tak ada lagi kata demam panggung, grogi, atau nervous dalam kamus hidup mereka.
Kadar kepercayaan diri mereka proporsional. Tidak limited, tidak pula overload. Walau tampil percaya diri, mereka berempat tetap elegan.
Secara formalitas, Arlitalah yang diundang menjadi bintang tamu. Namun, ketiga orang yang paling dicintainya ikut terlibat. Semua atas permintaan sang nyonya cantik berhati putih.
"Nyonya cantik berhati putih..." Calvin merangkul hangat Mamanya.
"Bukan hanya Ummi Arlita, tapi juga Mama."