Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Al Quran Merangkul Parrita

28 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 28 Januari 2019   06:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebaiknya Anda kembali ke dalam. Mendengarkan ceramah keagamaan jauh lebih baik."

Kamila menggeleng. Perempuan ini tidak sereligius kawan-kawannya. Dengan posesif, Syifa melingkarkan lengan di lengan Abinya. Tak membiarkan sesiapa merebut posisi senyaman itu.

"Saya suka dengan sikap Anda tadi." Kamila berbicara tanpa ditanya.

"Anda menyambut orang-orang yang berbeda keyakinan dengan hangat dan terbuka. Anda lembut sekali pada kami. Seorang pemandu acara ruang agama Islam memperlakukan pengisi acara ruang agama Buddha dengan penuh kasih."

Entah pujian, entah ada maksud lain. Syifa tersenyum meremehkan. Abinya memang begitu pada semua pengisi acara ruang agama-agama lain. Jangan ragukan kelembutan dan kasih sayang Abi Assegaf.

"Terima kasih pujiannya. Benar Anda tidak ingin masuk ke kotak siaran? Dengarlah, mereka mulai membaca Paritta." bujuk Abi Assegaf, lembut dan sabar.

Tetap saja Kamila enggan kembali ke kotak siaran. Syifa memutar otak, mencari cara menjauhkan Abi Assegaf dari perempuan pemantik api cemburu ini. Mengajak Abinya ke cafe/resto, tak mungkin. Durasi siaran Abi Assegaf masih berlangsung hingga pukul sebelas.

"Zaki..."

"Kamila, saya akan ceritakan pada istri saya kalau kita bertemu di sini."

Cukup satu kalimat saja. Kamila mati langkah. Secara implisit, Abi Assegaf memintanya berhenti. Ada rambu peringatan tak kasat mata. Ekspresi dan gesture Abi Assegaf terlihat bahagia saat menyebut-nyebut istri. Menegaskan dia sangat mencintai Arlita. Membiaskan bila ia telah bahagia bersama satu wanita, mustahil wanita lain bisa masuk.

Kamila menggigit bibirnya. Senyuman Syifa kembali merekah. Dirogohnya tas. Begitu iPhone tergenggam di tangan, langsung saja ia video call dengan Arlita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun