Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Tiga Pria, Tiga Cinta, Tiga Luka

21 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 21 Januari 2019   06:04 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangan Tuan Effendi terkepal erat. Buku-buku jarinya memutih.

"Semua gegara Assegaf!" desisnya marah.

"Jangan menyalahkan orang lain, Effendi." Dokter Tian lembut mengingatkan.

"Tapi kalau tidak ada Assegaf dalam hidupnya, Adica akan kembali ke pelukanku!"

Calvin menghela nafas. Menatap Papanya masygul. Sampai kapan pun, blogger dan mantan model itu tak akan menyalahkan Abi Assegaf.

"Bila cara berpikirmu seperti itu, bisa-bisa kau menyalahkan Allah atas semua kejadian buruk yang menimpamu. Naudzubillah, aku takkan begitu. Anakku meninggal, itu bukan salah Allah. Allah lebih sayang anakku dari pada aku." ujar Dokter Tian lembut.

Tuan Effendi mendesah tak sabar. "Jadi, Assegaf lebih sayang Adica dari pada aku?"

"Aku tak pernah berkata begitu. Mungkin di mata Allah, Adica jauh lebih baik tinggal bersama Pak Assegaf."

Sepi menyergap hati Tuan Effendi. Kesepian yang mematikan, kesepian yang menggoreskan luka batin. Sepi yang sama, mengobrak-abrik hati Calvin dan Dokter Tian. Ketiganya terpenjara dalam rasa yang sama. Dokter kesepian, pengusaha kesepian, mantan model kesepian.

**    

"Aku tidak tahu. Apakah ngeblog termasuk dalam larangan di aturan main kita hari ini?" Calvin bertanya-tanya seraya membuka MacBooknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun