"Iya. Kantor kita jadi banyak intrik sejak Jadd Hamid kembali aktif. Pengaruhnya kuat sekali."
"Lalu apa yang ingin kaulakukan, Nak?"
"Resign."
Mendengar itu, Abi Assegaf tertegun. Dalam hati ia menanyai Allah. Mengapa Allah memberinya sosok ayah penebar luka? Belum cukup melukai Abi Assegaf, Jadd Hamid melukai Adica. Sampai-sampai niat untuk resign terangkat ke permukaan.
"Pikirkan baik-baik, Adica. Resign itu keputusan besar. Jangan mundur hanya karena intrik kantor."
"Sepertinya aku tidak diinginkan lagi di sana."
"Siapa bilang? Ingat pendengarmu. Abi, Ummi, dan Syifa membutuhkanmu di Refrain."
Benar juga. Resign sama saja lari dari masalah. Jadd Hamid justru akan memekikkan kemenangan bila cucu angkatnya mengundurkan diri. Mengundurkan diri berarti mengibarkan bendera kekalahan.
** Â Â
Senja dan malam berciuman. Lewat petang hari, malam menggantikan tugasnya menjaga langit. Dalam pekatnya malam, Abi Assegaf memasuki gerbang pemakaman.
Berkunjung ke kuburan malam-malam bukan hal menakutkan baginya. Ia telah sering melakukannya sejak masih muda. Tiap kali berziarah, hanya satu makam yang didatanginya: nisan cantik terbuat dari marmer bertuliskan Tamara Shihab.