Kau selalu ada
Walau tersimpan
Selalu kusimpan
Di relung hati terdalam (Adera-Melukis Bayangmu).
Di puncak karang putih sebesar granit, Abi Assegaf memainkan biolanya. Biola putih kesayangannya, senada dengan warna langit dan hamparan pasir. Adica berdiri di sisinya.
Buncahan kekhawatiran lesap. Hatinya menghangat mendengar lagu yang dibawakan Abi Assegaf. Selamat tinggal kekhawatiran. Selamat datang kehangatan.
"Apa kata Dokter Tian, Nak? Haruskah kamu cuci darah?" tanya Abi Assegaf lembut.
"Belum, Abi. Kondisinya belum separah itu." jawab Adica menenteramkan.
Mata teduh Abi Assegaf mencerminkan kecemasan. Kecemasan seorang ayah pada anaknya. Lama merawat Adica membuat ia belajar banyak tentang Granulomatosis Wegener. Penyakit kelainan darah yang cukup langka. Inflamasi pembuluh darah itu membuat penderitanya berisiko mengalami gangguan di organ ginjal dan paru-paru.
"Abi mencemaskanmu, Sayang." ungkap Abi Assegaf jujur.
Adica menatap lekat wajah ayah keduanya. "Akulah yang sangat mengkhawatirkan Abi."