"Selamanya Abi Assegaf akan tetap menjadi ayah keduaku." kata Calvin tegas.
Tegas sekali nada suara Abi Assegaf saat menyatakan kinginannya berbagi makanan di tengah hujan. Adica menyerah. Dengan cemas, diikutinya langkah Abi Assegaf ke luar rumah.
Tempias hujan membasahi wajah mereka. Dua pria tampan berjas rapi itu menebar kebaikan di bawah derasnya hujan. Pantai berpasir putih sepi sekali. Sulit menemukan native akar rumput yang menjadi sasaran berbagi.
"Berbagi?" Tuan Effendi tersenyum getir.
"Tidak adakah tempat berbagi kebaikan lain?"
"Calvin lelah," potong Calvin cepat. Ia berbalik, setengah berlari menaiki tangga. Tak peduli tindakannya mungkin kurang sopan. Papanya sudah melebihi batas.
Batas toleransi orang menghadapi dinginnya hujan berbeda-beda. Adica menahan luapan kekhawatiran. Bagaimana bila ayah keduanya sakit? Dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri bila hal itu terjadi.
Sudah lama Adica dan Abi Assegaf tidak berjalan berdua seperti ini. Tepatnya sejak Arlita dan Syifa kembali tinggal bersama mereka. Kini, saatnya mereka kembali merantai kebersamaan sebagai ayah dan anak.
"Ada yang ingin Abi tanyakan," Abi Assegaf angkat bicara.
** Â Â