Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Suster yang Tersingkir

17 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 17 Januari 2019   06:55 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arlita menjawab tegas. "Tidak. Anak Ummi ya akan tetap jadi tanggung jawab Ummi. Bukan tanggung jawab asisten rumah tangga."

Kedua ibu jari Syifa terangkat. Tak mau kalah, Abi Assegaf bercerita.

"Waktu kamu berumur empat tahun, Abi sering bawa kamu jalan-jalan. Abi tidak membiarkan pelayan mana pun menyentuhmu. Abi sendiri yang menggendongmu, mengajakmu ke tempat bermain, dan membawa tas bekalmu."

"Wow...Abi dan Ummi hebat."

Kembali mereka mengawasi majikan dan susternya. Terlihat si majikan memilih banana nutella blizzard dan chicken teriyaki. Ironisnya, ia hanya membeli satu porsi. Suster itu tak mendapat makanan sama sekali.

Mata Syifa melebar tak percaya. Hatinya tersentuh iba ketika melihat suster itu berdiri sendirian di pojok sambil memegangi kereta bayi. Sementara si majikan melahap makan siangnya.

Apa-apaan ini? Pemandangan memuakkan. Seorang majikan membawa pelayan berjalan-jalan, memberatkannya dengan kereta bayi, lalu makan siang tanpa menawari si pelayan. Orang luar pun tahu, kereta bayi itu sangat berat. Bayi lelaki yang terbaring di dalamnya sangat gemuk. Belum cukup, kereta bayi itu pun diisi tas besar berisi popok dan keperluan lainnya.

Terdorong sisi kemanusiaan, Syifa bangkit berdiri. Mendorong kursinya ke belakang. Tangan Abi Assegaf menahannya lembut.

"Syifa mau beliin makanan buat suster itu, Abi. Kasihan dia."

"Biar Abi saja."

"Tapi..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun