Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Suster yang Tersingkir

17 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 17 Januari 2019   06:55 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syifa mengangguk dan tersenyum. Ya, sudah lama mereka tidak pergi bertiga. Hanya bertiga. Tanpa orang lain. Biar pun Adica sudah menjadi bagian keluarga Assegaf, tetap saja ketiganya butuh privacy. Butuh quality time hanya untuk mereka sendiri.

"Abi, Ummi, apa dia tidak cemburu kalau tahu kita pergi tanpa dirinya?" tanya Syifa hati-hati.

"Tentu saja tidak. Adicamu itu baru akan cemburu kalau Abi lebih perhatian sama Calvin."

"Oh iya ya...Syifa lupa."

Selesai memilih menu, ketiganya menempati meja no. 24. Meja paling dekat dengan panggung. Lagi-lagi Syifa mengedarkan pandang ke sekitar food court. Makin padat saja ruangan luas berlantai linoleum dan beraroma masakan itu. Orang-orang dengan berbagai tingkat kekayaan dan kerapian berjejalan. Ada yang datang sendirian, berdua-dua, bertiga, dan berombongan. Mereka membuat suara tak hentinya.

Rerata wanita pengunjung mall ini mengenakan high heels. Rok beludru, kaus ketat, dan make up bukan pemandangan baru lagi. Ke mall seperti mau berangkat ke pesta saja.

Sekumpulan pria-wanita berpakaian batik duduk di meja paling ujung. Anehnya, mereka tak saling bicara. Meja mereka boleh sama, tetapi kelakuan mereka pun serupa: sibuk dengan ponsel di tangan. Lalu, apa gunanya duduk semeja bila akhirnya gadget oriented lagi?

"Abi, lihat itu." tunjuk Syifa.

Abi Assegaf mengikuti arah pandang putrinya. Segera ia paham. Dielusnya rambut Syifa penuh kasih sayang.

"Duduk semeja hanya formalitas, Sayang. Pergeseran perilaku, karena semua orang terpaku ke layar gawai." jelas Abi Assegaf lembut.

"Begitukah sikap mereka di kantor, Abi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun