Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Katarsis

16 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 16 Januari 2019   06:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Asyiknya tumbuh di keluarga broadcaster pecinta musik. Hari-hari diperindah dengan untaian lagu. Dimana ada lagu baru, di situlah liriknya selalu diingat. Pria-wanita seusia Abi Assegaf dan Arlita mungkin lebih suka lagu-lagu nostalgia. Tapi, pengecualian untuk pasangan public figure satu itu. Mereka hafal, mereka menggemari lagu-lagu populer kekinian. Abi Assegaf dan Arlita tak kalah gaul dengan kedua anak mereka.

Efek 'gaul' di usia yang tak lagi muda itu membuat mereka terlatih untuk membuat kejutan. Mereka berdua suka surprise. Muncul tiba-tiba di kampus Syifa pun salah satu seni memberi kejutan versi Assegaf-Arlita.

Ingatan Syifa melayang pada cerita teman sekelasnya. Sejak SMP, orang tua temannya itu tak pernah lagi mengantarnya ke sekolah. Jangankan mengantar, makan di luar pun sangat jarang. Berbeda dengan orang tua Syifa yang sangat memanjakannya. Tak ragu menunjukkan perhatian dan pamer kemesraan di depan publik.

"Sayangku, lagu ini tidak benar-benar baru. Kenapa ada di posisi keenam chart lagu Refrain?" selidik Arlita.

"Itu tugas MD, Arlita. Dia yang menentukan chart." Abi Assegaf menjawab santai.

Arlita membelalakkan mata. "Kubandingkan dengan chart radio-radio lain. MD-mu itu kudet, Sayang. Masa lagu-lagu lama dia masukkan? Pecat saja MD nggak becus kayak gitu."

Mendengar itu, Abi Assegaf tertawa kecil. Diusapnya rambut panjang Arlita.

"Tak semudah itu, Arlita. Dia tetap stafku. Masa mau pecat begitu saja hanya karena kesalahan chart?"

"Mudah bagimu melakukannya. Dengan sedikit kekuasaan..." Arlita menjentikkan jari.

Perasaan Syifa tak enak. Kekuasaan, kata itu mengganggu pikirannya. Kali ini diucapkan sang Ummi.

Resah mendorongnya menumpahkan isi hati. Syifa bergerak-gerak tak nyaman di car seat. Gesturenya tertangkap radar pandangan mata Abi Assegaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun