Asyiknya tumbuh di keluarga broadcaster pecinta musik. Hari-hari diperindah dengan untaian lagu. Dimana ada lagu baru, di situlah liriknya selalu diingat. Pria-wanita seusia Abi Assegaf dan Arlita mungkin lebih suka lagu-lagu nostalgia. Tapi, pengecualian untuk pasangan public figure satu itu. Mereka hafal, mereka menggemari lagu-lagu populer kekinian. Abi Assegaf dan Arlita tak kalah gaul dengan kedua anak mereka.
Efek 'gaul' di usia yang tak lagi muda itu membuat mereka terlatih untuk membuat kejutan. Mereka berdua suka surprise. Muncul tiba-tiba di kampus Syifa pun salah satu seni memberi kejutan versi Assegaf-Arlita.
Ingatan Syifa melayang pada cerita teman sekelasnya. Sejak SMP, orang tua temannya itu tak pernah lagi mengantarnya ke sekolah. Jangankan mengantar, makan di luar pun sangat jarang. Berbeda dengan orang tua Syifa yang sangat memanjakannya. Tak ragu menunjukkan perhatian dan pamer kemesraan di depan publik.
"Sayangku, lagu ini tidak benar-benar baru. Kenapa ada di posisi keenam chart lagu Refrain?" selidik Arlita.
"Itu tugas MD, Arlita. Dia yang menentukan chart." Abi Assegaf menjawab santai.
Arlita membelalakkan mata. "Kubandingkan dengan chart radio-radio lain. MD-mu itu kudet, Sayang. Masa lagu-lagu lama dia masukkan? Pecat saja MD nggak becus kayak gitu."
Mendengar itu, Abi Assegaf tertawa kecil. Diusapnya rambut panjang Arlita.
"Tak semudah itu, Arlita. Dia tetap stafku. Masa mau pecat begitu saja hanya karena kesalahan chart?"
"Mudah bagimu melakukannya. Dengan sedikit kekuasaan..." Arlita menjentikkan jari.
Perasaan Syifa tak enak. Kekuasaan, kata itu mengganggu pikirannya. Kali ini diucapkan sang Ummi.
Resah mendorongnya menumpahkan isi hati. Syifa bergerak-gerak tak nyaman di car seat. Gesturenya tertangkap radar pandangan mata Abi Assegaf.