"Sehat bagaimana, El? Bodoh sekali kamu! Jangan mau diperbudak keluarga Assegaf!"
Gabriel memejamkan mata. Nyaris tak mendengarkan pengemudi mobil menjelek-jelekkan keluarga Assegaf. Pelan diteguknya air putih. Suara si pengemudi kembali menyita atensi.
"El, kenapa kau diam saja? Mana yang sakit?"
"Jangan khawatirkan aku. Aku hanya sedang bertanya-tanya. Besok pagi, masih bisakah aku memasakkan sesuatu untuk Syifa dan merawat Tuan Assegaf?"
Jawaban tulus, sangat tulus. Di saat seperti ini, selalu saja Gabriel memikirkan orang lain. Bukan dirinya sendiri.
"Malaikat absurd," maki si pengemudi dengan suara rendah.
"Aku bukan malaikat. Mana ada malaikat yang punya riwayat penyakit..."
Selimut hitam sang malam sempurna menutup langit. Kelam sekelam episode demi episode kehidupan yang harus dijalani namun tetap dicintai.
** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H