"Aku juga."
Tanpa diduga, Adica bangkit dari kursinya. Menatap Calvin dengan tatapan paling sombong yang dimilikinya, dia berujar.
"Aku memandikan jenazah Papa Michael Wirawan sebelum dimakamkan."
Lekat Abi Assegaf menatap kedua pemuda itu. Pertanda bagus, bisik hatinya. Kakak-beradik itu mau tak mau harus bekerjasama.
** Â Â
"Nawaitu gausla adaa'an haa-dzal mayyiti lillahi ta'alla."
Calvin membaca niat, memakai sarung tangan, lalu memulai tugasnya. Disambuti tatapan angkuh Adica.
"Tak perlu membaca niat keras-keras!" sergahnya kasar.
Tetap diam dan tenang, itulah yang dilakukan Calvin. Ia fokus pada jenazah di depannya.
"Tolong letakkan tangan kanan dan kirimu untuk menopang tubuhnya, Adica. Aku yang akan bersihkan." pinta Calvin lembut.
"Berani kau menyuruh-nyuruhku!" Mata Adica menyipit curiga, namun ia tetap melakukan perintah itu.