Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Harmoni Cinta

6 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 6 Januari 2019   07:50 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adica dan Syifa muncul dari balik pintu. Keduanya berpakaian serba hitam. Arlita menatap malu refleksi dirinya di cermin yang melingkupi dinding kaca. Bajunya terlalu ceria. Tak pantas untuk acara duka.

Seakan membaca pikiran istrinya, Abi Assegaf memegang lembut tangan Arlita. "Kuberi kau setengah jam untuk mencari baju hitam, Arlita. Pergilah."

Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Arlita bergegas pergi. Beberapa blok dari Refrain Radio, terdapat sebuah butik. Arlita berharap bisa menemukan dress hitam di sana.

Para karyawan mulai berbagi tugas. Ada yang mengambilkan kursi-kursi, menghubungi ambulans, menyiapkan makam, mengontak pemuka agama, membeli kain kafan, dan menyusun acara tahlil. Beberapa yang belum kebagian tugas membacakan Yasin. Penyiar yang bertugas pagi itu mengumumkan kabar duka, meminta pendengar Refrain ikut berdoa untuk cleaning service mereka.

Menyiapkan upacara kematian tidak berat bila dilakukan bersama-sama. Beban terasa ringan. Hati ikhlas penuh ketulusan. Walau bukan keluarga, bukan pasangan, bukan orang yang memiliki ikatan darah. Ikatan kasih sayang dan kekeluargaan mengakar di Refrain Radio.

Para karyawan tetiba kebingungan. Siapa yang akan memandikan jenazah? Rerata dari mereka tak sanggup melakukannya. Terlalu berat, mereka takut. Setahu mereka, hanya Deddy, Sasmita, dan Abi Assegaf yang bisa. Bila Abi Assegaf yang melakukan, jelas riskan. Ia tengah sakit. Datang ke Refrain pun memaksakan diri. Deddy mengurusi pemakaman. Sasmita mendatangi Abahnya untuk minta kesediaannya berdoa di pemakaman nanti.

"Siapa yang akan memandikan jasad almarhum?" bisik mereka tegang.

"Biar saya saja."

Sebuah suara bass bertimbre berat dan empuk mengurai kebingungan. Calvin datang bagai malaikat. Ia hadir kala situasi tak menentu dan tanpa harapan.

"Calvin...Calvin Sayang, kamu yakin?" tanya Abi Assegaf lembut.

"Yakin, Abi. Saya pernah memandikan dan merawat jenazah Opa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun