Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Tuan Effendi menyelimuti Calvin. Satu tangan yang lain membelai sisa rambutnya. Rambut Calvin mulai tumbuh lagi sejak mengakhiri kemoterapi. Calvin berbaring dengan mata terpejam, mencoba tidur. Mencoba melupakan rasa sakitnya.
Tak bisa. Ia justru tak bisa tidur. Hal-hal lain melintas di pikirannya. Besar harapan Calvin agar Tuan Effendi meninggalkan kamarnya.
Satu, dua, tiga, empat jam kemudian barulah Tuan Effendi pergi. Buru-buru Calvin menyingkirkan selimut, bangkit dari ranjang. Bagaimana bila ia berubah?
** Â Â Â
Anggota caregiver team berkumpul tidak lengkap. Hanya ada Revan, Deddy, Adica, dan Arlita. Syifa ada job modeling di luar. Aline menjenguk Romo yang sakit.
"Perawat-perawat homecare itu rajin sekali ya," kata Arlita. Senyum puas tergurat di wajah letihnya.
"Iya, Ummi. Tak salah memilih mereka."
Perawat-perawat homecare stand by 7 jam di rumah mewah tepi pantai. Mereka rajin, cekatan, dan disiplin. Nurse tetaplah nurse. Bukan caregiver, bukan pula asisten rumah tangga. Job descriptionnya berbeda. Walaupun tak semuanya lulus UKOM (Ujian Kompetensi) dan memiliki STR (Surat Tanda Registrasi), tetapi mereka loyal dan mampu bekerja dengan baik.
"Aku berikan makanan dulu buat mereka."
Dengan kata-kata itu, Adica bergegas naik ke lantai atas. Tak sadar seorang perawat pria memperhatikannya.
Adica menyapa semua perawat dengan ramah. Dibagi-bagikannya kotak makanan pada mereka. Kotak terakhir diterima perawat pria yang sejak tadi memperhatikannya.