Abi Assegaf merintih dalam tidurnya. Ia memimpikan sepotong kenangan.
"Aku menginginkan kalian...kembalilah, Deddy...Arlita."
Mendengar erangan-erangan suaminya, Arlita bergegas meninggalkan balkon kamar. Ia dekati ranjang. Ia belai lembut pipi Abi Assegaf.
"Sayang...bangun. Aku di sini, Sayangku."
Pelan-pelan Abi Assegaf membuka mata. Setelah mengumpulkan nyawa, ia tersadar.
"Hanya mimpi..." gumamnya.
Arlita duduk di pinggir ranjang. "Ada apa, Sayang?"
"Aku bermimpi salah satu kenangan kita di Refrain. Waktu kau masih Katolik dan Deddy masih Buddhis."
"I see. Sudah lewat, Assegaf Sayang. Untuk apa dipikirkan?"
Kegelapan memudar. Langit biru-keemasan. Laut bergelombang. Riak-riaknya memecah pantai. Minggu pagi tiba, cerah dan indah. Tak secerah hati Abi Assegaf.
"Aku benci Hari Minggu..." desah Abi Assegaf.