Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Jika Aku Harus Mengulang Hidupku Lagi

21 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 21 Desember 2018   08:54 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay.com

Melempar alat-alat tulisnya, Syifa terus melarang. Ia tak ingin kondisi saudara angkat sekaligus pujaan hatinya makin buruk. Bahkan, ingin rasanya tak ke kampus hari ini demi menemani Adica.

"Aku yakin, Abi dan Ummi juga takkan mengizinkanmu siaran."

Adica mendesah. Asumsi Syifa 95% benar. Tahu sendirilah bagaimana protektifnya Abi Assegaf dan Arlita.

Arlita bangkit. Melangkah anggun sambil membawa buket krisan. Seperti biasa, buket bunga kiriman sang mantan berakhir di tempat sampah. Anjuran "buanglah mantan pada tempatnya" ia turuti sebaik-baiknya.

Perbuatan Arlita tak luput dari pantauan radar suaminya. Abi Assegaf hanya memperhatikan. Tak melarang, tak juga mendukung. Mengapa ada saja pembuat badai dalam rumah tangga mereka?

**      

Pembuat badai tak hanya satu. Meresahkan sekali saat bibit-bibit penggoda datang. Menjelang siang, datang lagi sang penggoda.

Katakanlah itu penggoda virtual. Ia menyerang lewat kecanggihan teknologi. Layanan surel dimanfaatkan untuk menggoda suami orang. Bukan Arlita, bukan Adica yang pertama kali melihat. Tetapi juga Syifa.

Berawal dari tangkapan layar berisi pesan pembatalan kuliah dari dosen pada penanggung jawab mata kuliah. Alhasil, jadwal si putri kampus kosong hari ini. Ia bisa meluangkan waktu di rumah. Pertama kali menapakkan kaki di lantai bawah, pandangannya tertuju ke arah laptop yang terbuka. Laptop berlogo apel milik Abi Assegaf terbuka di sofa. Naluri kewaspadaan Syifa bekerja. Ia membungkuk, mendekat ke layar. Iseng dibukanya e-mail.

Debbykamila99@gmail.com? Ya Allah... desahnya tak percaya.

Ia klik e-mail dengan subjek 'identitas' itu. Entah apa maksudnya. Kamila melampirkan sebuah foto. Nampak sesosok wanita dengan bobot tak kurang dari 70 kilo berdiri di sebuah ruangan putih. Mirip ruang rawat di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun