Melempar alat-alat tulisnya, Syifa terus melarang. Ia tak ingin kondisi saudara angkat sekaligus pujaan hatinya makin buruk. Bahkan, ingin rasanya tak ke kampus hari ini demi menemani Adica.
"Aku yakin, Abi dan Ummi juga takkan mengizinkanmu siaran."
Adica mendesah. Asumsi Syifa 95% benar. Tahu sendirilah bagaimana protektifnya Abi Assegaf dan Arlita.
Arlita bangkit. Melangkah anggun sambil membawa buket krisan. Seperti biasa, buket bunga kiriman sang mantan berakhir di tempat sampah. Anjuran "buanglah mantan pada tempatnya" ia turuti sebaik-baiknya.
Perbuatan Arlita tak luput dari pantauan radar suaminya. Abi Assegaf hanya memperhatikan. Tak melarang, tak juga mendukung. Mengapa ada saja pembuat badai dalam rumah tangga mereka?
** Â Â Â
Pembuat badai tak hanya satu. Meresahkan sekali saat bibit-bibit penggoda datang. Menjelang siang, datang lagi sang penggoda.
Katakanlah itu penggoda virtual. Ia menyerang lewat kecanggihan teknologi. Layanan surel dimanfaatkan untuk menggoda suami orang. Bukan Arlita, bukan Adica yang pertama kali melihat. Tetapi juga Syifa.
Berawal dari tangkapan layar berisi pesan pembatalan kuliah dari dosen pada penanggung jawab mata kuliah. Alhasil, jadwal si putri kampus kosong hari ini. Ia bisa meluangkan waktu di rumah. Pertama kali menapakkan kaki di lantai bawah, pandangannya tertuju ke arah laptop yang terbuka. Laptop berlogo apel milik Abi Assegaf terbuka di sofa. Naluri kewaspadaan Syifa bekerja. Ia membungkuk, mendekat ke layar. Iseng dibukanya e-mail.
Debbykamila99@gmail.com? Ya Allah... desahnya tak percaya.
Ia klik e-mail dengan subjek 'identitas' itu. Entah apa maksudnya. Kamila melampirkan sebuah foto. Nampak sesosok wanita dengan bobot tak kurang dari 70 kilo berdiri di sebuah ruangan putih. Mirip ruang rawat di rumah sakit.