"Stop!"
Di luar dugaan, Adica berteriak. Ia meneriaki kakeknya sendiri. Mata di balik kacamata persegi itu melebar. Tak ada, tak ada yang pernah meneriakinya sebelumnya.
Adica tak bisa, sungguh tak bisa mendengar orang yang dicintainya tersakiti. Ia ingin menjaga hati mereka yang ia cintai agar tidak merasakan sakit. Wajah Jadd Hamid memerah.
"Beraninya kau meneriakiku, anak muda! Sekarang juga kau kupecat!"
"Saya tidak takut! Saya tidak masalah dipecat asalkan masih bisa bersama Abi Assegaf! Tanpa radio pun, saya masih tetap kaya! Pecat saja saya, tapi cinta saya pada Abi Assegaf dan Refrain takkan pudar!"
Inilah bedanya Adica dengan staf-staf materialistis itu. Adica tidak pernah mencari keuntungan finansial selama bekerja di radio. Ia bersiaran dengan hati. Dia menikmati, dan tidak menganggapnya sebagai beban.
Abi Assegaf memeluk Adica erat. Sungguh dia menyesali sikap ayahnya. Tak seharusnya sang ayah bersikap sekasar itu pada cucunya sendiri.
Terlihat jelas. Mana yang bekerja dengan hati, mana yang bekerja demi materi. Mereka yang bekerja dengan hati takkan menyingkirkan orang lain demi uang semata.
** Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H