Tiba di ruang rekaman, mereka disambut kejutan tak menyenangkan. Jadd Hamid-ayah Abi Assegaf-menunggu bersama jajaran komisaris Refrain Radio yang kesemuaannya masih termasuk lingkaran keluarga besar. Begitu melihat sang ayah, Abi Assegaf menyalami dan memeluknya. Jadd Hamid dingin-dingin saja menyambut pelukan putra tunggalnya. Adica canggung, dari dulu ia tak pernah dekat dengan sosok yang harus dia panggil Kakek itu.
"Adica anakku, Jadd Hamid datang. Salaman dulu, Sayang."
Seperti menyuruh anak kecil saja. Dengan malu, Adica menyalami Jadd Hamid.
"Sobahul khair, Jadd Hamid." kata Adica ragu. Bahasa Arabnya masih terpatah-patah. Abi Assegaf sedikit mengajarinya.
"Jangan panggil aku Jadd! Cucuku hanya Asyifa!" balas Jadd Hamid kasar.
Adica tertunduk. Abi Assegaf mengusap-usap lembut punggungnya.
"Abi, tolong jangan begitu...Adica cucu Abi juga."
Sedikit aneh rasanya mendengar Abi Assegaf memanggil orang lain dengan sebutan Abi. Jadd Hamid mengepalkan tangan. Wajah keriputnya menahan murka.
"Jangan mengaturku, Zaki! Aku ini ayahmu!"
"Ayah yang meninggalkan anaknya saat anaknya sakit dan lebih memilih bersama istri barunya..."
Suara Abi Assegaf memelan. Hati Adica teriris. Ia sudah tahu masa lalu kelam Abi Assegaf dengan Jadd Hamid. Kakeknya ini telah meninggalkan Abi Assegaf dalam kodisi sakit bertahun-tahun lalu.