Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] The Last Video Call

19 November 2018   06:00 Diperbarui: 19 November 2018   06:13 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampaknya Calvin Jeremy memahami isi hati Arlita. Hati seorang istri yang selalu setia pada suaminya walau sang suami kemungkinan besar akan pergi lebih dulu.

"Assegaf, tolong jangan bicara kematian." pinta Arlita.

"Why not? Semua orang akan mati..."

Mati, mungkin saja kasih sayang Calvin untuk Papanya telah mati. Sebab sesosok ayah lain merebutnya. Tuan Effendi frustrasi. Ia tak suka kedua putranya terlalu dekat dengan Abi Assegaf.

Calvin bergerak resah di tempatnya. Sungguh ia tak mengerti. Salah apa Abi Assegaf pada Papanya? Bukankah selama ini Abi Assegaf sangat baik? Sejak perkenalan mereka dulu di rumah sakit, hingga kini waktu berlalu. Orang tua memang absurd.

**     

Malam melarut. Jarum jam merangkak mendekati angka dua belas. Abi Assegaf tak bisa tidur. Kesakitan menyita waktu tidurnya. Justru istri dan kedua anaknya yang tertidur kelelahan.

Merasa bersalah, Abi Assegaf pelan-pelan beranjak bangun. Ia tertatih ke walk-in closet. Diambilnya tiga helai selimut tebal. Dengan lembut, Abi Assegaf menyelimuti Arlita, Adica, dan Syifa. Dikecupnya kening mereka satu per satu.

Perasaannya lebih tenang saat kembali ke tempat tidur. Alunan lagu terakhir di radio menyentuh rasa. Sebentar lagi, durasi siaran Refrain Radio usai. Refrain Radio mengudara selama 19 jam. Refrain memulai siaran sejak pukul lima pagi hingga pukul dua belas malam.

Tepat pukul dua belas, siaran usai. Kesunyian menyusul. Dalam keheningan malam, Abi Assegaf bersyukur. Syukur karena Refrain Radio tetap baik-baik saja meski tanpa dirinya.

Pelan diraihnya iPhone. Dicarinya kontak seseorang. Nada telepon tersambung. Tak lama, muncul seraut wajah berikut pemandangan bangku pengemudi sebuah mobil yang sedang melaju. Request Skypenya terjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun