Boleh saja tata letak kamarnya diubah gegara banyak alat baru. Satu benda yang haram dipindahkan: radio. Ya, Abi Assegaf tegas melarang pesawat radio berukuran besar kesayangannya disingkirkan ke tempat lain.Â
Jika bukan karena terpaksa, Abi Assegaf tak mau streaming. Mendengarkan radio dengan pesawat radio konvensional jadi opsi favoritnya.
"Abi, radionya kumatikan ya? Biar Abi istirahat..." kata Calvin hati-hati.
"Jangan...Abi masih ingin mendengarkan Refrain." cegah Abi Assegaf lirih.
Suara radio di-set pada volume rendah. Saat itu, tengah disiarkan Dinamika Informasi. Program warta berita siaran berjaringan nasional. Refrain mengadakan siaran berjaringan enam kali sehari.
Batal mematikan radio, Calvin berlutut di samping ranjang. Ia genggam tangan ayah keduanya. Suhu panas mengalir, menandakan temperatur yang masih stuck di angka cukup tinggi.
"Get well soon, Abi."
Ucapan tulus Calvin menghentak hati Abi Assegaf. Sepasang mata teduh itu membaca cerminan ketulusan di mata Calvin. Anak itu memang berbeda, pikirnya kagum. Calvin berbeda dengan Tuan Effendi.Â
Salah besar anggapan publik selama ini. Calvin jauh, jauh lebih lembut dan berlapang dada dibanding Papanya.
"Kamu anak baik, Calvin." puji Abi Assegaf, merapatkan selimutnya.
Calvin tertawa kecil. "Tidak juga. Hanya mencoba jadi anak baik."