Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Pria Penyayang itu Butuh Teduhnya Wanita

2 November 2018   06:00 Diperbarui: 2 November 2018   06:01 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelisah tercermin di mata Dokter Tian. Calvin mampu melihat hal itu. Usai sesi kemoterapi, ia ajak dokternya itu bicara dari hati ke hati.

"Dokter Tian kenapa?"

"Aku tidak apa-apa, Abi. Ayo kutemani ke Koffie Tijd. Katanya Abi mau lunch di sana."

Di bawah mendung yang berujung gerimis, Adica dan Abi Assegaf bergegas ke resto bergaya Indo-Belanda. Jaraknya hanya beberapa blok dari studio Refrain. Resto bernuansa putih itu dipenuhi pajangan dinding keramik, tulisan 'I Am Amsterdam', selop kayu, dan pakaian tradisional Belanda. Suasananya hommy. Sofa-sofa empuk menyambut pengunjung. Hembusan AC menyejukkan ruangan. Mahalnya harga makanan di sini sebanding dengan kualitas. Ini tempat makan siang favorit Abi Assegaf tiap kali ke Refrain Radio.

"Radio? Kenapa dengan radio, Dokter Tian?" Calvin mulai terusik.

"Adikmu...dia yang dalam tulang-tulangnya ada ikatan darah denganmu...ada di radio, Nak." sahut Dokter Tian lirih.

Suara musik instrumental mengalun lirih. Menemani dua lelaki tampan itu saat menikmati tenderloin steak. Abi Assegaf tanpa ragu membantu anak lelakinya memotong steak saat ia kesulitan. Katakanlah efek samping kemoterapi sudah sedikit mereda.

"Abi, boleh aku pesan makanan lagi?" pinta Adica.

"Boleh, Sayang. Kamu masih lapar ya? Akhirnya kamu tidak Anorexia lagi..."

"Bukan, Abi. Aku pesan makanan lagi untuk Pak Deddy dan Pak Sasmita. Kasihan mereka, Abi."

Good boy, pikir pria tampan berlesung pipi ini senang. Adica tetap baik pada dua orang yang menzhaliminya. Syifa pasti makin jatuh cinta kalau tahu ini semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun