Menghapus segala salahku
Selama nafas masih ada
Ku ingin untuk kembaliDi jalan cinta-Mu Ya Allah
Ampuni aku
Sayangi aku (AB Three-Sujudku).
Begitu panjang doa-doa Silvi. Syifa menangis dalam sujudnya. Adica terbayang semua kesalahannya di masa lalu, kepingan-kepingan kenangan manisnya bersama Michael Wirawan. Malaikat tampan bermata sipit memohon, terus memohon.
Syifa mendoakan kebahagiaan Abi-Umminya dan kesembuhan Adica. Tak pernah Silvi mendoakan diri sendiri. Hanya ada nama Revan, kedua orang tuanya-Johanis Tendean dan Ellen Mamahit-, juga nama Calvin di setiap doanya. Calvin menyebut keinginan bertemu adik kandungnya. Hanya ada tiga nama yang terselip dalam doa-doa Adica: Michael Wirawan, Abi Assegaf, dan Syifa.
Isak tangis memenuhi dua pintu ruang VIP. Walau pelan, walau tertahan, Allah Maha Mendengar. Orang-orang yang menangis di kamar-kamar VIP adalah sosok demi sosok rupawan berhati malaikat. Walau mereka terlahir berdarah campuran, namun kasih dan iman mereka sungguh murni. Meski sering kali mereka didiskriminasi karena disangka pemeluk agama lain, mereka tetap istiqamah mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Kendati mereka berempat menjalani hidup di atas stereotip dan prasangka, hati mereka tetap lembut mengasihi sebagai Muslim sejati.
Suara-suara di sekelilingnya membangunkan Abi Assegaf. Pria tampan berlesung pipi itu menggeliat, lalu terenyak. Ia tatapi dua sosok rupawan yang tengah shalat di kanan-kiri.
"Astaghfirullah..." desisnya.
Mereka yang masih muda saja teguh ibadahnya, bagaimana yang sudah tua? Terburu-buru Abi Assegaf mengambil air wudhu. Masih ada spasi cukup luas di ruang rawat ini. Abi Assegaf pun mendirikan Tahajud. Mengherankan, tiga orang bertahajud munfarid di ruangan yang sama.