Kelima gadis dan pemuda itu tertawa, bercanda, dan bernyanyi di mobil. Perjalanan jauh tak lagi terasa karena mereka sangat menikmatinya. Segala rasa sakit, sedih, dan luka terangkat perlahan.
"Dinda...dimana kau berada." Calvin, Silvi, Revan, Adica, dan Syifa bernyanyi bersamaan.
Mereka saling lirik. Awalnya tak suka lagu yang terputar di radio mobil, tapi lama-lama mereka menyukainya. Abi Assegaf hanya tersenyum. Lekat memperhatikan mereka dari kaca. Ia senang menyaksikan keakraban mereka berlima.Â
Tak sia-sia ia simpan Honda Jazz merahnya di garasi dan ganti mengendarai Toyota Vellfire untuk memastikan mereka tetap bersama pagi ini.
Sulit juga mendapat izin Dokter Tian. Setelah melalui diskusi alot, akhirnya Hematolog itu meluluskan permintaannya.Â
Calvin dan Adica boleh keluar sebentar dari rumah sakit dengan satu syarat: kondisi mereka harus dipantau ketat selama bepergian.
"Katanya nggak suka, kok kamu hafal liriknya sih?" Syifa menanyai Adica, mengedip nakal.
"Aku kan penyiar radio. Harus punya wawasan musik yang luas, Syifa." jawab Adica sabar.
Syifa mengangguk. Sedetik kemudian, Silvi mencolek lengannya.
"Memangnya broadcaster aja yang punya pengetahuan musik? Aku, Calvin, dan Revan juga gitu kaliii...tahu kan reputasi kami?"
"Iya, tahulah. Satu mantan peragawan yang sekarang lebih suka jadi blogger, satu mantan penyiar, satunya lagi masih aktif jadi model."