Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Semurni Kasih

24 September 2018   06:00 Diperbarui: 24 September 2018   06:07 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calvin paham betul kelemahan putrinya. Tangan Angel tak sekuat tangan orang normal. Empat jari di tangan kanan dan kirinya sangat rapuh. Lemah di jari-jari Angel membuatnya tak mampu mengerjakan sesuatu yang terlalu berat.

Apa yang ditakutkan Calvin terjadi. Alat penyiram bunga di tangan Angel jatuh. Marahkah ia? Tentu saja tidak. Memarahi anak istimewa bukan hal bijak. Calvin berusaha konsisten memperlakukan Angel: dulu, kini, dan seterusnya tetap lembut.

"Maaf, Papa-Vin..." sesal Angel, suaranya serak menahan tangis.

Bukannya memarahi, Calvin membesarkan hati. Diyakinkannya Angel kalau ia tidak salah. Jika ada tes khusus parenting kategori mendidik anak berkebutuhan khusus, mungkin Calvin sudah lulus dengan nilai sempurna. Sabarnya tak bertepi, tiap waktu konsisten mengasihi, dan tak lelah memotivasi. Kasih sayang, perhatian, dan motivasi. Itulah yang diperlukan anak-anak difabel.

"Papa-Vin sabar banget. Nggak kayak Mama-Sil. Mama-Sil galak."

Tanpa sadar, Angel membuat komparasi. Calvin tertegun. Kedua tangannya terulur. Mendarat lembut di pipi mulus Angel.

"Angel nggak boleh gitu...Mama-Sil sebenarnya baik juga kok. Sayang banget sama Angel."

"Tapi, kenapa Mama-Sil galak?"

"Karena Mama-Sil sayang Angel."

Dialog ayah dan anak itu terdengar oleh si pemilik mata biru yang lain. Dari balik kaca partisi, dia tergugu. Air mata berkilau di wajah cantiknya. Silvi malu, malu sekali pada dirinya sendiri.

**     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun