Lama mereka berpelukan. Sampai-sampai mereka tak menyadari sepasang mata biru lain yang terus mengawasi. Mata biru itu mengerjap, lalu meneteskan air bening. Pemiliknya berdiri gemetar di balik vitrage, tersentuh dengan kedekatan Angel dan Calvin.
"Ya, Allah, bisa saja dia membenci anak itu...tapi kenyataannya berbeda. Dia justru sangat menyayangi Angel. Meski Angel bukan keturunannya, meski Angel lahir dari selingkuh fisik."
Pemilik mata biru itu terus bicara pada Allah. Mencurahkan kesedihan dan keharuan. Hatinya bergolak tak menentu. Sungguh, Calvin ratusan kali lipat lebih baik.
Kembali di dalam kamar utama super mewah itu, Calvin pelan melepas pelukan. Mencium kening Angel dan berkata. "Ke taman yuk. Papa-Vin kan udah janji mau ajarin Angel berkebun."
Wajah Angel berubah cerah. Ia teringat janjinya dengan Papa-Vin semalam. Mereka pun bergegas ke taman.
** Â Â
Tempat ini terlalu luas untuk disebut taman. Lebih mirip setengah ukuran lapangan bola. Luas sekali halaman depan rumah Calvin. Pot-pot kristal berisi bunga mawar, lily putih, aster, anyelir, anggrek bulan, melati, dan bunga matahari berjajar rapi. Di sisi kiri halaman, dekat pagar hitam yang menjulang angkuh, terdapat rimbun pepohonan. Pohon-pohon itu sudah cukup meneduhi halaman. Sementara itu, sisi kanan halaman ditempati air mancur besar bertingkat tiga. Gemericik airnya yang memercik-mercik ceria merilekskan pikiran sesiapa yang melintasi halaman depan ini.
Itu belum seberapa. Halaman belakang lebih luas lagi. Begitu luasnya sampai-sampai cocok buat lokasi outbond mini. Di halaman belakang, terdapat lima buah ayunan, satu perosotan, dan satu flying fox. Ada sudut khusus untuk barbeque. Sembilan tahun terakhir, Calvin dan keluarga kecilnya sering sekali melakukan itu. Sebuah kolam renang besar tapi tak terlalu dalam menjadi pelengkap. Airnya jernih dan biru. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan dari rumah sebesar itu?
Kembali ke halaman depan, terlihat Calvin sedang mengajari Angel menyirami bunga-bunga. Dibantunya Angel membawa alat penyiram bunga.
"Pelan-pelan, Sayang. Kalau tidak kuat, jangan dipaksakan." kata Calvin lembut.
"Angel kuat kok." balas  gadis kecil itu yakin.