"As soon as possible."
"Ok. Miss you, Calvin."
Calvin terdiam. Membuat Calisa bertanya-tanya. Mengapa Calvin tak mengatakan jika ia juga rindu padanya? Mungkinkah...?
"Calisa," panggil Calvin, lembut dan hati-hati.
"Ya?"
"Aku minta maaf..."
"Minta maaf untuk apa?"
"Maaf jika aku bersalah padamu. Maaf bila jawaban yang kudapatkan tak berpihak padamu."
Telepon pintar di tangannya sedikit bergetar. Benarkah apa yang ditakutkan? Wajah Calisa sedikit tertunduk. Hatinya tak menentu.
"Aku tidak bisa terus begini, Calisa. Ini tidak benar. Walaupun tanpa melibatkan seksual, tetap saja tidak benar." Calvin lembut memberi pengertian.
"I see."