Mobil Silvi tiba di sebuah cafe bernuansa vintage. Kalau Revan tahu cafenya digunakan untuk tempat membuat janji selingkuh fisik, bisa bahaya. Silvi merahasiakan semua ini dengan rapi.
Setelah memarkirkan mobil, ia melangkah mantap memasuki cafe. Diedarkannya pandang, menebak-nebak pria mana yang meneleponnya. Manakah pria bodoh yang tertarik dengan iklan gila buatannya?
Silvi tahu diri. Ia takkan kecewa bila ditolak. Sudah jelas iklannya sangat ambigu. Mungkin iklan semacam itu layak masuk The Guiness Book of Record kategori hal-hal absurd. Iklan dan teksnya yang menggelitik itu muncul begitu saja di kepala Silvi.
Tak semua pria mau memenuhi tawarannya sekalipun ditukar dengan sejumlah nominal dengan beberapa digit angka nol. Tawarannya terlalu berisiko. Hanya pria kurang waras yang mau.
Seorang pria bertubuh tinggi, berkemeja hitam, dan berwajah Chinese melompat naik ke atas panggung. Sukses merebut perhatian para pengunjung cafe. Dimainkannya gitar akustik.
"Lagu untuk perempuan cantik bergaun hitam itu..." tunjuknya ke arah Silvi.
Serasa ada yang mengisap darahnya. Silvi terperangah. Sedetik. Tiga detik. Lima detik, pria itulah yang tertarik dengan tawarannya.
Katakan tidak pada selingkuh
Katakan tidak pada mendua
Katakan tidak pada semua yang sudah memiliki kekasih