Buat apa banyak harta tapi tak sehat? Buat apa segala kemewahan tanpa kebahagiaan sejati? Calvin rela menukar aset, tiga rumah mewah, dua villa, enam mobil pribadi, saham, dan lima gerai supermarketnya demi keturunan dan kembalinya senyum Silvi.
Calvin tenggelam, tenggelam dalam duka. Ya, Allah, sampai kapankah Silvi akan membencinya? Sudahkah cintanya memudar? Kemanakah janji pernikahan yang dulu ia ucapkan di depan Allah dan para malaikatNya? Kemanakah panggilan sayang itu, keikhlasan itu, ujaran penuh cinta itu, perlakuan manis di awal dan akhir hari itu?
Nampaknya, setan merampok ingatan Silvi. Membuatnya lupa. Menggelapkan mata hatinya.
Silvi tak paham. Malaikat tampan bermata sipit itu sakit dan terluka. Bukan hanya ginjalnya, tetapi juga hatinya. Terutama saat vonis itu jatuh. Support, bukan ekspresi kebencian yang dibutuhkan Calvin.
Andai semuanya tak begini. Andai saja wanita itu masih ada. Wanita? Astaga, Calvin memikirkan wanita lain.
"Karima...Calisa."
Di luar kesadarannya, Calvin menyebut sepotong nama.
** Â Â
To be continue...
Tomorrow...
** Â Â Â