Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Tanpa Bahasa

11 September 2018   06:00 Diperbarui: 11 September 2018   07:31 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kaurasakan saat-saat dimana pasanganmu tak lagi mencintai karena mengetahui kekuranganmu? Pasti hatimu sakit sekali bila merasakannya. Kalau kau ingin tahu lebih jauh sesakit apa rasanya, tanyakanlah pada sosok tinggi semampai yang baru saja menepikan mobilnya di halaman rumah besar ini.

Sosok tampan itu turun dari mobil. Tangan kanannya menenteng sebuket bunga lily putih. Sementara itu, tangan kirinya memegang paper bag berisi sekotak coklat. Dipercepatnya langkah melintasi halaman berumput. Melewati air mancur tiga tingkat berbentuk mutiara. Anak-anak tangga pualam penghubung teras dan halaman depan ia naiki dua-dua sekaligus.

Tak lama, jari-jari lentik pria oriental itu telah memegang handel pintu putih. Pelan diputarnya. Pintu mengayun terbuka. Memperlihatkan kilasan sebuah ruang tamu oval berukuran luas, dipenuhi sofa Chesterlief, meja marmer, dan lampu kristal Swarrowski.

"Princess Silvi, I'm home."

Nada antusias tertangkap kuat dalam suara bassnya. Pria berjas hitam itu berharap, sangat berharap, mendapat sambutan hangat.

Tak ada respon. Hanya terdengar derap langkah lembut yang teredam permadani. Selang dua menit, sesosok wanita cantik bermake up pucat dan bergaun hitam muncul di depannya. Mata biru si wanita menyapu sang pria dari atas ke bawah. Menginspeksi penampilannya. Tetap sempurna, pikirnya kecewa.

"Tumben pulang jam segini," komentar wanita itu ketus.

"Aku merindukanmu, Silvi."

Ucapan tulus sang pria dibalas senyum sinis Silvi. Ia bertolak pinggang, berkata dingin.

"Kukira kau tak merindukanku, Calvin."

Tak tahukah Silvi bila Calvin merindukannya? Tak taukah wanita Minahasa-Portugis-Turki itu kalau suami orientalisnya ingin selalu di sisinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun