"Iya, Calvin?"
"Aku masih merasa bersalah pada Revan dan Silvi."
"Tidak bisakah kausimpan dulu? Fokuslah pada kesehatanmu. Aku tahu...kau tidak sembuh lagi."
"That's not important, Julia."
Julia menggeleng kuat. "Kesehatanmu yang terpenting. Tidurlah lagi. Aku selalu di sini..."
Tetap saja Calvin resah. Berulang kali ia bergerak gelisah di ranjang. Mengubah-ubah posisi tubuhnya. Ditingkahi tatapan Julia. Calvin Wan memang sosok serupawan malaikat. Lihat, bahkan posisi tidurnya pun manis.
"Calvin, bisa saja Silvi tidak menyalahkanmu. Tapi..."
"Tapi apa, Julia?"
"Tapi, Revan mempengaruhinya untuk menjauhimu. Kau tahu kan, sebesar apa rasa sayang Silvi pada Revan. Mereka sepupu, tumbuh bersama sejak kecil. Setelah orang tua mereka meninggal, Silvi lebih bergantung pada Revan."
Calvin terenyak. Benar apa yang dikatakan Julia. Ada kemungkinan Silvi tidak menyalahkannya. Dia hanya menuruti permintaan Revan. Jika benar begitu, menyedihkan sekali. Jalannya untuk selalu di dekat Silvi tertimpa halangan besar.
"Oh Calvin, what can I do for you? Apa yang bisa kulakukan agar kamu tenang?" tanya Julia halus.