Pintu pagar terbuka keras. Sesosok pria rupawan berjas hitam berlari memasuki rumah. Terperangah melihat percikan darah di lantai dan tubuh yang terlentang. Cepat diangkatnya tubuh itu, Diusapnya cairan merah yang menetes. Pandangannya tertuju pada sebentuk kunci mobil yang tergeletak di meja. Benda penyelamat itu ia ambil, lalu ia berlari secepat-cepatnya ke garasi.
Allah menyayangi Dokter Tian. Di saat yang tepat, Ia kirimkan malaikat tampan bermata sipit. Malaikat dalam sosok Calvin itulah yang akan menemani dan merawatnya di hari-hari terakhir.
"Dokter Tian, bertahanlah. Anda akan baik-baik saja. Mulai sekarang, sayalah yang akan merawat Anda." bisik Calvin penuh harap seraya mengemudikan mobil.
"Anggaplah saya Albert Ansori Hartman kalau Anda mau. Saya tidak sesempurna Albert, saya hanya orang biasa. Tapi saya punya kasih yang bisa diberikan semampu saya untuk Anda."
Bukan, Calvin Wan bukanlah orang biasa. Ia berikan kasih, waktu, dan materinya untuk seorang dokter yang telah dianggapnya ayah kedua.
** Â Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=9E_hMUlX5Lk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H