"Tadi aku ke rumahmu. Di depan rumah aku ketemu Syifa. Kata Syifa, kamu ada di sini. Sekalian aja aku intip kamu beraksi."
Dua sahabat berbeda etnis itu tertawa. Tak sadar beberapa pengunjung yang antre di belakang mengomel panjang.
"Tuh kan, gara-gara kamu mereka ngomel lagi. Wait wait..." Buru-buru Calvin melayani Revan. Tipe customer semacam Revan tergolong ramah dan pemurah. Buktinya ia memberikan uang kembalinya untuk kas supermarket. Padahal jumlahnya lumayan besar.
"Atau jadiin tips ajalah buat kasir gantengnya." tukas Revan berbaik hati.
"Eits, kasir di sini nggak boleh terima tips." tolak Calvin tegas.
Macam-macam saja tipe customer yang dilayani Calvin. Sampai akhirnya, ia berhadapan dengan seorang perempuan tua berambut putih. Di lehernya melingkar kalung bertuliskan nama dan alamat rumah. Perempuan tua itu sangat kurus. Pakaiannya kebesaran. Wajahnya pucat dan letih. Hati Calvin tersentuh rasa iba.
Si perempuan tua meletakkan empat botol susu berukuran kecil ke atas meja. Calvin tersenyum sopan sebelum menjelaskan.
"Ibu..." Ia membaca sekilas nama yang tertulis di kalung itu.
"Gloria, di sini tidak boleh membeli lebih dari tiga botol susu ukuran kecil. Maaf..."
"Tapi saya mau beli! Saya suka susu ini!" geram perempuan tua itu seraya memukul mejanya.
"Kalau Ibu suka susu ini, kenapa tidak beli yang ukuran besar saja? Biar saya ambilkan," tawar Calvin. Balik kanan, bermaksud mengambil sebotol susu berukuran besar. Seorang karyawati menepuk pundaknya. Berbisik menerangkan keadaan perempuan tua itu. Ternyata ia pengidap Alzheimer. Sudah sering ia datang ke sini untuk membeli susu favoritnya.