Silvi cemberut. Tak suka pipinya dipegang-pegang. Calvin merasa tak enak. Namun tetap sabar.
"Lho, Silvi kenapa?" tanya karyawati itu agak kecewa.
"Mungkin hanya lelah. Saya ke ruangan dulu. Setelah ini kita mulai rapatnya." jawab Calvin sebelum meninggalkan para pegawainya.
Pintu kaca mengayun terbuka. Calvin dan Silvi memasuki ruang kerja direktur yang mewah. Sofa besar berwarna coklat, televisi, kulkas kecil, dan seperangkat PC lengkap dengan printer dan scanner berjajar rapi. Sebuah meja dan kursi bersandaran tinggi berdiri gagah di tengah ruangan. Pendingin udara berdesis pelan. Mengirimkan hawa sejuk. CCTV terpasang di dinding, dekat lukisan.
"Silvi, Ayah rapat dulu ya. Is it ok?" kata Calvin lembut. Ditingkahi anggukan Silvi.
Setelah mengusap rambut putrinya, Calvin meninggalkan ruang kerjanya. Ia pun memimpin rapat. Mendiskusikan permasalahan dan tantangan bisnis retail akhir-akhir ini. Tentang perubahan pola belanja, pesatnya perkembangan e-commerce, dan beberapa retail kompetitor yang menutup gerainya. Berbagai solusi disampaikan. Mulai dari ekspansi dengan membuka gerai di tiga kota, mendirikan cabang di luar negeri, sampai ada yang menyebut-nyebut soal kemungkinan lain berupa e-commerce.
"Saya ingin berinteraksi langsung dengan customer." Calvin berujar tegas seusai rapat.
Beberapa karyawan bertukar pandang. Ini bukan hal baru lagi. Trik lama Calvin. Sejurus kemudian Calvin bangkit berdiri. Berjalan ke ruangan kecil di samping ruang rapat. Mengganti jas Dolce and Gabbananya dengan seragam berhiaskan logo dan huruf "L".
Puluhan pasang mata menatapnya penuh perhatian. Sebagian tersenyum, sebagian lagi kebingungan. Kelihatan mana karyawan junior dan karyawan senior di sini. Calvin balas tersenyum, melangkah cepat menuju areal supermarket. Berdiri di salah satu meja kasir. Di lajur kiri, spot yang banyak dipilih orang-orang untuk membayar.
Seorang petinggi perusahaan menyamar menjadi kasir demi berinteraksi langsung dengan customer. Apakah ini aneh? Tidak bagi Calvin. Dia senang melakukannya. Dengan begini, ia lebih dekat dengan konsumennya. Bahkan ia bisa merasakan apa yang dirasakan pegawainya.
Calvin mulai beraksi. Segera saja kemunculan kasir super tampan menyedot perhatian pengunjung supermarket. Mereka mengantre di lajur kiri. Penasaran dengan kasir charming itu. Tak sadar bila sang kasir adalah pemilik supermarket.