Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Sepotong Hati Menanti Cinta

15 Maret 2018   18:22 Diperbarui: 15 Maret 2018   18:26 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calvin menulis ulasan tentang Indonesia darurat narkoba. Sebuah artikel kritis. Luar biasa, Calvin masih bisa menulis dengan sangat bagus dalam keadaan sakit. Ia menulis didorong rasa kesepiannya. Kesepian yang amat dalam.

Tulisannya selesai. Tayang di media jurnalisme warga tempatnya berkontribusi. Selesai, lantas apa lagi yang ia cari? Apa lagi yang ia harapkan?

Menutup tabnya, Calvin kembali berjalan-jalan di seputaran area rumah sakit. Sakit di punggung dan perut bagian bawahnya tak ia pedulikan. Hipernefroma memang kejam. Harus ia lawan.

Lobi rumah sakit ia jejaki. Sakit ini menusuk dengan kuat. Calvin tak kuat lagi. Ia membungkuk, menahan rasa sakit. Sepasang mata sipit beningnya terpejam rapat. Apakah ini saatnya? Jika kematian lebih baik, maka segerakanlah. Toh ia tak punya harapan lagi. Diabaikan istri, ditinggal mati seorang putri, divonis infertilitas, dan digerogoti ganasnya kanker. Harta kekayaan, saham, perusahaan retail, dan berbagai aset hanyalah perhiasan dunia. Semua itu miliknya, namun tak memberi kebahagiaan sedikit pun.

"Hei...are you ok?"

Sepasang tangan halus menahan tubuhnya. Memapahnya ke tepi, lalu mendudukkannya di bangku.

Perlahan kedua matanya terbuka. Terlihat sesosok wanita mengenakan floral dress dan berwajah cantik. Wanita itu sangat anggun. Wajah sabarnya memancarkan kebaikan dan ketulusan hati.

"Thanks," ujar Calvin lirih.

"You're wellcome. Kamu kenapa?"

Jemari lentik si wanita baik hati terulur. Lembut mengusap keringat dingin di kening Calvin.

"Kamu kesakitan...adakah yang bisa kulakukan untuk membantumu?" tanya wanita itu lagi, suaranya begitu lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun