Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Jangan Minta Jatuh Cinta

14 Maret 2018   18:09 Diperbarui: 14 Maret 2018   18:13 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah enam bulan berlalu, akhirnya Calvin, Adica, dan Syifa bertemu lagi dengan ibu mereka. Meretas kebersamaan. Bertukar cerita. Menebus kerinduan.

"Ma, kenapa Mama butuh waktu lama untuk menenangkan diri?" Adica setengah membujuk, setengah memaksa Mamanya menjawab pertanyaannya.

"Nak, menenangkan diri itu adalah bagian dari proses menerima kenyataan." sahut Nyonya Roselina sabar.

"Menerima kenyataan kalau Papa menikah lagi?" sela Syifa.

Nyonya Roselina mengangguk. Ketiga anaknya bertukar pandang penuh arti.

"Sudahlah," Calvin menengahi, lembut dan menenangkan.

"Tak bisakah kita memulai lembaran baru dan memaafkan?"

Potongan pizza di tangan Adica nyaris jatuh. Syifa mengangkat alisnya. Nyonya Roselina menatap lekat putra pertamanya.

"Iya," Calvin memperjelas ucapannya.

"Kita maafkan Papa dan wanita itu. Lalu kita buka lembaran baru."

"Kamu memaafkan Papa? Apa itu artinya kamu mendukung poligami?" tanya Adica marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun