Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Rumah Kedua

6 Maret 2018   05:53 Diperbarui: 6 Maret 2018   05:59 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**      

Alphard hitam itu melaju menembus malam berkabut. Pria tampan berwajah pucat duduk di balik kemudi. Terlihat kuat, sesekali menahan rasa sakit.

Mendengarkan musik sambil berkendara kini dilarang. Apakah berkendara dalam keadaan sakit juga dilarang? Menakutkan, kondisi pria rupawan berwajah oriental dan bermata sipit itu sangat berbahaya. Menabrak bisa jadi risiko utama. Kecelakaan tunggal lebih parah lagi.

Bukan hanya dalam keadaan sakit. Calvin pun mengemudi dalam keadaan frustrasi. Wajah seorang gadis berkelebat di benaknya. Gadis yang telah mematahkan hatinya sore tadi.

"Salahkah bila aku menginginkanmu bahagia, Silvi?"

Mobilnya ia hentikan sejenak di tepi jalan. Calvin bersandar letih, kesedihan membayangi wajah tampannya. Terluka, sungguh terluka. Love is pain.

Calvin sakit. Bukan hanya raganya, tetapi hatinya. Cinta, terkadang bisa sangat menyakitkan. Hatinya berdenyut perih. Perih sekali.

"Mungkin aku memang bodoh, Silvi. Tak apa..." Calvin kembali bicara. Seolah Silvi ada, seolah Silvi mendengar.

"Tapi aku akan selalu mencintaimu. Walau aku mencintai orang yang salah. Karena mencintai adalah pilihan."

Ada kristal bening di sudut mata sipitnya. Samar, namun pekat. Benarkah Calvin mencintai orang yang salah? Sebuah kebodohan bila mencintai orang yang salah.

Luka di hatinya berdarah-darah. Sedih berbaur dengan sakit. Calvin teramat sedih dan kesakitan di saat bersamaan. Tak terbayangkan bagaimana rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun