"Tak ada hari libur untuk mencintai," bisiknya.
Tangan Calvin sedikit bergetar saat membuka pintu. Benar saja, berdiri sosok mungil nan cantik. Salah satu dari dua perempuan yang paling dirindukannya.
"Ayah!"
Si cantik Syahrena, gadis kecil bergaun tafetta itu, melompat ke pelukan Calvin. Memeluknya erat-erat. Terisak satu-dua kali.
"Syahrena Sayang..." Calvin nyaris kehilangan kata.
Dipeluknya putrinya penuh cinta. Diciuminya kedua pipinya berulang kali. Lalu diangkatnya tubuh Syahrena. Ia memutarnya. Bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan putri tunggalnya. Anak cantik itu tertawa-tawa senang dalam gendongan ayah super tampannya.
"Miss you, Princess." Calvin berujar lembut.
"Miss you too, Ayah."
Selain Silvi, Syahrenalah permata hidupnya. Anak cantik hasil dari program in vitro fertilization. Anak yang lahir dari rasa pesimistis dan keraguan setelah vonis infertilitas jatuh.
"Ayah...Syahrena mau tinggal sama Ayah aja. Syahrena nggak mau sama Daddy Revan." pinta Syahrena lirih.
Di dalam paviliun, ada yang terus tersenyum menatapi ayah dan anak itu. Kedua tangannya masih tersilang di depan dada. Sudah diduganya. Syahrena pasti akan meminta hal itu. Sama seperti sosok yang tersenyum itu, Syahrena sangat mencintai Calvin. Setiap hari baginya adalah hari untuk mencintai ayahnya. Sebab tak ada hari libur untuk mencintai.