Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Tak Ada Hari Libur untuk Mencintai

23 Februari 2018   17:57 Diperbarui: 23 Februari 2018   18:08 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria berwajah oriental dan bermata sipit yang tetap dalam posisinya di ranjang itu tak menjawab. Hanya menatap Adica penuh rasa bersalah.

"Sorry..."

"Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada dirimu sendiri." Adica menyela tajam. Berbalik, lalu memunguti kertas-kertas itu. Menumpuknya rapi di atas meja. Meja kecil penuh berisi kertas, notebook, tab, smartphone, dan gelas kristal. Sebentuk meja kecil yang bersebelahan dengan grand piano.

"Saat seperti ini, sebaiknya kamu jangan menulis."

"Iya, Adica. Aku hanya..."

"Merindukan Silvi? Merindukan Syahrena?"

Calvin mengangguk. Sadar bila adik lelakinya memahami isi hatinya.

"Sampai kapan kamu mau begini? Menghancurkan dirimu sendiri...perceraian ini seperti membunuhmu perlahan-lahan. Apa kanker ginjal ini belum cukup membuatmu menderita?"

Perkataan Adica begitu tajam. Refleks Calvin mengalihkan pandang, ganti menatap langit-langit. Mungkin adiknya benar. Perceraian dengan Silvi membunuh jiwa dan raganya pelan-pelan.

"Kamu benar. Well, bagaimana di kantor? Semuanya baik-baik saja?" tanya Calvin mengalihkan pembicaraan. Selalu saja begitu. Mengalihkan pembicaraan demi menutup keadaan yang sebenarnya.

Sontak wajah Adica berubah muram. Ia melepas jasnya, melemparnya ke kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun