Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Gaun dan Jas Hitam Bersatu

22 Februari 2018   05:53 Diperbarui: 22 Februari 2018   05:53 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Khawatir apa?"

"Khawatir aku akan meninggal di saat masih ada orang lain yang membutuhkanku. Jika umurku tak panjang, aku ikhlas. Tapi aku ingin memastikan semua orang yang kutinggalkan bahagia sebelum aku pergi."

Mendengar itu Silvi terhenyak. Sepasang mata sipit bening itu memancarkan kekhawatiran. Ia khawatir, sangat khawatir.

"Tidak perlu terlalu banyak khawatir, Calvin Sayang. Kamu pasti akan sembuh. Sakitmu ini masih bisa sembuh, aku yakin." ucap Silvi menenangkan.

Calvin menghela nafas berat. Bias kecemasan masih terlihat jelas.

"What should I do? Pertanyaan itu yang membayangi pikiranku. Aku khawatir...bahkan bisa dibilang, aku takut kematian."

Seraut wajah tampan itu pucat sekali. Calvin takut kematian. Silvi memahaminya. Ia berikan support dan motivasi. Dengan penuh kasih, ia peluk Calvin.

"Sebuah pelukan bisa menenangkan hati." gumam Silvi lembut.

Dua sosok rupawan berpelukan. Saling menguatkan, saling menemani. Calvin menemani Silvi. Menemaninya di saat kalut dan sepi. Silvi menguatkan Calvin. Menguatkan di kala rapuh dan kesakitan.

Berada dalam pelukan Calvin membuat Silvi merenung. Setidaknya ia lebih sehat. Tak seperti Calvin yang berjuang ekstra agar bisa sembuh. Silvi hanya butuh waktu dan proses saja untuk mewujudkan impiannya membuka butik. Tak mengapa menjadi perawan tua yang cantik asalkan impiannya terwujud.

"Maafkan aku, Silvi." lirih Calvin, menatap Silvi penuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun