Ternyata ada benda lain tergeletak di meja. Kotak berukuran agak besar yang setengah terbuka tutupnya. Di dalamnya terdapat mangkuk berisi makanan yang belum habis, gelas berisi air putih, dan sendok kecil. Calvin terlihat enggan menyentuh kotak itu.
"Calvin Sayang...oh tidak, jangan bilang itu..."
"Ya, harusnya aku habiskan. Dan aku tak boleh minum banyak-banyak. Bolos hemodialisa lagi." Calvin menyela, tersenyum kecil. Tak peduli pada sakit di ginjal sebelah kanannya.
"Habiskan, Calvin. Please..."
Demi Silvi, Calvin menurut. Rasa mual naik ke perutnya. Ia muntah. Beruntung semua orang di ruangan itu terlalu sibuk dengan aktivitasnya hingga tak ada yang memperhatikan. Silvi resah, pelan-pelan membersihkan meja.
"Sorry..." ujar Calvin.
"Aku ingin menemanimu, tapi malah merepotkanmu."
"No worries." tukas Silvi buru-buru.
Bersandar ke kursinya, Calvin melanjutkan menulis. Langsung mempostingnya begitu artikel selesai. Musik terus terdengar mellow menemani saat-saat indah di antara mereka.
"Sudah setahun kamu sakit ginjal. Aku tak tega melihatmu begini, Calvin. What can I do for you?" Silvi bertanya lembut. Memegang tangan Calvin, membelainya.
"Aku masih bisa mengatasi sendiri. Tapi aku khawatir..."