Kembali di tengah kelas, seseorang meraih lembut tangannya. Mengalihkan atensinya. Refleks Silvi mengalihkan pandang. Pemuda tampan berjas hitam berdiri di sampingnya. Wangi Blue Seduction Antonio Banderas menyejukkan indera penciumannya.
"Calvin?" bisik Silvi tak percaya.
Sesaat mereka berpandangan. Bagaimana mungkin pakaian mereka bisa sewarna? Calvin memakai jas hitam, Silvi mengenakan gaun hitam. Tanpa rencana, tanpa peringatan sebelumnya. Sudah berulang kali Calvin dan Silvi memakai pakaian berwarna sama.
"Mungkin kita jodoh," Calvin balas berbisik, tersenyum menawan.
Hati Silvi berdesir. Setahun lamanya ia mengenal Calvin Wan. Anak konglomerat super kaya. Calon penerus bisnis keluarga. Pemuda berdarah Tionghoa yang sangat rupawan. Sama seperti Silvi, Calvin menekuni dunia modeling dan literasi. Tanggal 9 merupakan tanggal lahir mereka.
"Aku baru kabur dari kantor. Habis presentasi. As you know, sejak Papaku kena Stroke, aku harus mengurus perusahaan." Tanpa diminta, Calvin menjelaskan. Disambuti anggukan Silvi. Ini jadi bukti kalau Calvin dan Silvi bukan mahasiswa biasa. Mereka cerdas, populer, dan tahu apa yang harus dilakukan di masa depan.
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan. Di sebelah kiri tampan, sebelah kanan cantik. Perfect.
Calvin mendudukkan Silvi di bangku kosong tepat di samping kanan bangkunya. Mata Silvi menangkap sebentuk laptop yang terbuka di meja Calvin.
"Kamu lagi nulis ya? Posting apa hari ini di blogmu?" tanya Silvi.
"Hanya artikel humaniora...belajar dari atlet ski olimpiade."
Ketertarikan Silvi bangkit. Ia selalu suka membaca tulisan-tulisan Calvin. Dua minggu libur, kali ini Calvin menulis lagi.