Rambut yang terkucir rapi kini terlepas. Seperti hatinya yang terlepas dari rasa bahagia. Masih terbayang kejadian kemarin di benaknya. Menyerahkan urusan bisnis pada orang yang salah. Air mata Silvi menetes. Tak ada yang mengerti, tak ada yang memahami dirinya.
** Â Â Â Â
Dengan anggun, Silvi bangkit dari bangkunya. Berjalan ke depan kelas dan memutar musik. Seperti biasa, lagu favoritnya. Lagu yang sepenuh hati ia pelajari selama enam bulan ke depan.
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
Musik mengalun lembut. Slow dan melankolis. Silvi berjalan di tengah kelas. Gerakannya slow motion. Anggun memikat. Seolah lantai keramik yang dipijaknya adalah catwalk.
Berjalan anggun mengikuti irama musik, Silvi memperlihatkan aura seorang model. Nyatanya ia memang model. Penulis buku pula. Wajahnya cantik, sosoknya charming.
Sayangnya, hari ini Silvi yang cantik sedang berduka. Terlihat dari gaun hitam yang dikenakannya. Gaun hitam, lambang duka cita. Belakangan ini Silvi suka memakai gaun hitam. Hitam, cerminan kelam dan kesedihan. Sekelam hatinya.
Silvi sampai di depan jendela. Di sana ia berpose. Anggun, dingin, penuh misteri. Sejurus kemudian ia berputar anggun. Balik kanan, berjalan lagi mengitari kelas. Slow motion lagi. Lebih anggun dari sebelumnya. Musik yang sama masih terdengar.