Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Awan Mendung Menyelimuti Hatinya

9 Februari 2018   05:45 Diperbarui: 9 Februari 2018   05:47 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih berharap kau untukku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).

Lagu itu sangat lembut, selembut hatinya. Selembut cinta Calvin untuk Silvi. Lagu itu sangat pantas untuk Calvin.

**     

Pintu paviliun rumah sakit terbuka keras. Disusul langkah-langkah cepat. Albert dan Elby datang.

"Calvin, are you allright?" tanya Albert dengan logat Scottish yang sangat kental. Menatap Calvin lekat-lekat.

Elby menyikut Albert kesal. Dalam keadaan darurat, masih saja Albert melemparkan tatapan tidak wajar begitu. Albert, pria Jawa-Jerman-Skotlandia itu seorang gay. Dulunya dia pernah naksir Calvin. Pernah pula menyatakan cinta. Calvin menjelaskan dengan halus kalau ia bukan gay. Dan Albert menghormatinya. Sejak saat itulah mereka bersahabat. Satu setengah tahun lalu, Albert menikahi seorang model dari agency yang sama bernama Elenna. Kini Elenna sedang mengandung anaknya. Albert menikahi Elenna hanya demi status. Gay bukanlah fenomena baru dalam dunia modeling. Sisi gelap di dunia modeling dan entertainment.

Albert bicara cepat sekali dengan logat Scottish. Membela dirinya pada Elby. Dokter Rustian dan Calvin tersenyum simpul, menahan tawa.

"Btw, kenapa kamu bisa drop lagi?" Elby menanyai Calvin.

"Aku juga tidak tahu. Kelelahan sepertinya. Saat memimpin rapat, tiba-tiba hidungku berdarah dan aku jatuh. Stafku langsung membawaku ke sini. Untung Mama-Papa dan adik-adikku belum pulang dari perjalanan bisnis. Mereka tak perlu tahu."

"I see. Makanya, jangan terlalu diforsir." Albert menimpali.

Reminder di ponsel Calvin berbunyi. Tanpa reminder pun, sebenarnya ia sudah tahu. Hari Jumat datang lagi. Saatnya berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun