Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Awan Mendung Menyelimuti Hatinya

9 Februari 2018   05:45 Diperbarui: 9 Februari 2018   05:47 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Luar biasa pasien saya satu itu...Subhanallah." gumam Dokter Rustian.

Di belakang gereja, terdapat sebuah jalan kecil berisi rumah-rumah petak. Ke sanalah tujuan Calvin selanjutnya. Tetiba saja, dari dalam salah satu rumah, seorng anak lelaki berambut kusut dan berpakaian kumal berlari-lari mendekat. Ia memeluk Calvin erat seraya memanggil-manggil nama pria tampan itu.

"Ayah Calvin...Ayah Calvin." Si anak lelaki bergumam berulang-ulang. Wajahnya sedih sekali.

Ketiga lelaki yang mengikuti dari belakang melebarkan mata. Alis terangkat tak percaya.

"Ayah? Bukannya Calvin infert..."

"Sssttt...diam, Albert!"

Calvin membelai rambut anak itu. Divonis infertilitas membuatnya sangat mencintai dan menghargai anak-anak. Anak asuh yang dibiayainya cukup banyak. Demi mencurahkan cinta pada sosok seorang anak yang takkan pernah didapatkannya.

"Kenapa, Helmi? Dan kenapa juga kamu masih pakai baju ini? Kemarin kan sudah Ayah belikan banyak baju." Calvin bertanya lembut.

"Baju-bajuku rusak...seragamku juga. Aku tidak bisa ke sekolah."

Melihat anak kecil itu mengadu dan menangis padanya, Calvin tersentuh. Seperti mendengar anak kandungnya sendiri yang berkata begitu.

Jatuh sakit dan divonis infertilitas justru membuatnya semakin baik. Semakin peduli, sabar, dan mengasihi orang lain. Calvin figur pria tampan yang penyabar, altruis, dan penyayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun